Rabu, 16 April 2014

Menyikapi hasil Quick Count Pemilu 2014

Rentannya Koalisi Antarpartai Hasil Pemilu 2014

     Pemilu legislatif baru saja berlalu. Proses penghitungan suara masih berjalan, bahkan di beberapa daerah harus melakukan pencoblosan ulang karena tertukarnya kartu suara.  Partai-partai peserta pemilu saling merapatkan diri ke barisan patai lain karena hasil quick count menunjukkan indikasi tidak ada yang mencapai threeshoold alias sepertiga batas minimal pemerolehan suara sebagai syarat untuk dapat mengajukan calon presiden dan wakil calon presiden dari partainya sendiri. mereka harus berkolalisi. oleh karena itu lobi-lobi politik dilakukan oleh partai-partai tersebut.
    Pada pemilu legislatif kali ini pemerolehan suara terbanyak mengalami perubahan. Pada pemilu 2009 suara terbanyak diperoleh oleh Partai Demokrat yaitu 20.81 persen. kemudian disusul oleh Partai Golkar dengan 14.45 persen suara, Partai PDIP dengan pemerolehan suara sebesar 14.01 persen, Partai Keadilan sejahtera(PKS): 7.89 persen, Partai Amanat Nasional (PAN): 6.03 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP): 5.33 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB): 4.95 persen, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra): 4.46 persen, Partai Hanura: 3.77 persen, Partai Bulan Bintang (PBB): 1.79 persen, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI): 0.90 persen. 
     Coba kita bandingkan data di atas dengan hasil quick count pileg 2014 sampai hari ini, 17 April 2014 sebagai berikut.
1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP): 18.66 persen
2. Partai Golongan Karya (Golkar): 14.71 persen
3. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra): 11.60 persen
4. Partai Demokrat: 9.95 persen
5. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB): 9.58 persen
6. Partai Amanat Nasional (PAN): 7.53 persen
7. Partai Persatuan Pembangunan (PPP): 6.64 persen
8. Partai Keadilan sejahtera(PKS): 6.77 persen
9. Partai Nasional Demokrat (NasDem): 6.58 persen
10. Partai Hanura: 5.53 persen
11. Parta Bulan Bintang (PBB): 1.55 persen
12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI): 0.90 persen
     Di sini dapat kita lihat bahwa Partai PDIP yang pada pileg tahun 2009 hanya pada urutan ke tiga setelah Partai Golkar, sekarang menduduki tingkat pertama pemerolehahan suara terbanyak. Partai Gerindra yang sebelumnya hanya menduduki peringkat ke-8, sekarang secara drastis melesat pada urutan ketiga. Sebaliknya, PKS pada tahun lalu menduduki urutan ke-4, sekarang turun drastis di posisi ke-8. Ini menunjukkan kedinamisan partai-partai peserta pemilu.
     Dinamika pemerolehan suara pada pileg kali ini memang tak lepas dari kerja keras dari partai-partai peserta pemilu. Contohnya PDIP, melalui upaya yang begitu gencar mem-blow up Jokowi (dengan segala tingkah polahnya) ke berbagai media menghasilkan istilah Jokowi Effect, ternyata mampu menyedot perhatian publik sehingga banyak yang memilih partai ini. Sementara itu, Partai Gerindra melalui ketua dewan pembinanya, Prabowo Subianto, terus mengupayakan penanaman kepercayaannya kepada masyarakat tentang kedekatannya dengan rakyat kecil, menjaga nasionalisme, juga mampu mengangkat partai ini pada urutan yang fantastis.
    Selain faktor-faktor di atas, dinamika pemerolehan suara pada pemilu kali juga dipengaruhi oleh banyaknya anggota partai yang duduk di parlemen yang menyalahgunakan jabatannya. Kita sebutnya saja dari Partai Demokrat. Banyak anggota partai ini yang terjerat korupsi wisma dan pusat latihan atlet Hambalang. berbagai kasus yang melilit para kader Partai Demokrat menurunkan elektabilitas partai ini di hati rakyat. 
     Berikutnya adalah Partai PKS. sebelumnya partai ini mendeklarasikan bahwa partainya adalah partai bersih. Namun, sejak terbongkarnya kasus suap impor daging sapi oleh presidennya, LHI, kepercayaan rakyat menjadi turun drastis.Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, tidak mengherankan jika situasi politik bergulir secara dinamis.
     Bagaimana selanjutnya jika partai-partai peserta pemilu kali ini tidak ada yang mencapai threeshoold? ya tentunya seperti yang saya katakan di atas, mereka harus berkolalisi dengan partai-partai yang lain. karena harus berkoalisi dengan partai yang lain, maka kemungkinan nanti akan banyak menimbulkan persoalan dalam pemerintahan. hal ini terjadi karena antarpartai dalam koalisi tersebut tentu lebih mengedepankan urusan partai atau golongan mereka masing-masing. Inilah rentannya terhadap stabilitas negara. jika sebuah negara stabilitasnya terganggu tentu akan banyak menimbulkan permasalahan, bahkan perpecahan.
    Demikian ulasan saya terkait hasil quick count pemilu legislatif 2014 ini. semoga ini dapat menjadi wawasan bagi kita semua. Sebagai warga negara yang baik saya tetap berharap dan berdoa semoga Indonesia ke depan menjadi negara yang aman, tenteram, makmur dan bermartabat.
     

2 komentar:

  1. Ketimbang quick count pemilu mending quick count UN. Salam kenal. Kunjungi blog saya juga di www.wowbagoesmath.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Ketimbang quick count pemilu mending quick count UN. Salam kenal. Kunjungi blog saya juga di http://wowbagoesmath.blogspot.com/2014/05/yuk-buat-game-matematika.html

    BalasHapus